Pendidikan merupakan salah satu modal penting bagi kehidupan
seseorang. Salah satu fungsinya adalah kita dapat mengembangkan bakat yang ada
di dalam diri kita serta mempersiapkan diri untuk menghadapi kehidupan di masa
yang akan datang. Tanpa adanya pendidikan, manusia akan sulit untuk berkembang.
Selain itu, pendidikan di butuhkan untuk membentuk karakter bangsa. Salah satu
ciri negara maju pun tidak terlepas dari dunia pendidikan. Semakin tinggi
kualitas pendidikan suatu negara, maka semakin tinggi pula kualitas Sumber Daya
Manusia (SDM) yang akan di dapat. Indonesia merupakan negara berkembang, karena
salah satu cirinya yaitu kualitas SDM yang masih rendah. Hal itu dapat terjadi
dikarenakan masih banyaknya masalah pendidikan yang ada, terutama didaerah
terpencil bagian timur Indonesia. Fasilitas yang kurang memadai untuk menunjang
kemajuan proses belajar mengajar serta masalah tenaga didik yang mengajar
dengan ilmu seadanya.
Selain sarana dan prasarana yang kurang dan belum memadai,
kualitas dari guru dan tenaga pengajar lain juga dirasa masih belum kompeten.
Akibatnya, banyak anak-anak yang putus sekolah. Berdasarkan data dari Lembaga
Pendidikan Anak Usia Dini Non Formal dan Informal (PAUDNI), terdapat sekitar
800 ribu anak-anak putus sekolah di kawasan Indonesia Timur. Selain itu,
kawasan Indonesia Timur juga masih memiliki angka buta huruf yang tinggi. Bahkan
3 provinsi dengan presentase tertinggi penduduk yang buta huruf berasal dari
provinsi di Indonesia Timur, yaitu Provinsi Papua (36,31 persen), Nusa Tenggara
Barat (16,48 persen) dan Sulawesi Barat (10,33 persen).
Di Papua, masih banyak sekolah dasar (SD) di daerah terpencil
yang belum tersedia serta rumah untuk kepala sekolah dan guru tidak di
sediakan. Sehingga banyak kepala sekolah dan guru yang meninggalkan tempat
tugas dan mengakibatkan tingginya angka ketidakhadiran kepala sekolah dan guru
di tempat tugas. Walaupun pemerintah telah memberi bantuan rumah di 20
kabupaten Provinsi Papua pada tahun 2014, tetapi masih saja ada segelintir guru
yang terlihat meninggalkan tugas dengan alasan tempat tinggal yang diberikan
tidak layak untuk di huni, sehingga banyak guru yang meninggalkan tugas dan
tanggung jawabnya. Selain masalah
fasilitas dan SDM, penyebab utama lainnya adalah minimnya stimulasi yang
diberikan pada anak usia dini. Di Papua, anak-anak lebih banyak tumbuh dan
berkembang alami tanpa diberikan edukasi yang baik. Minimnya sistem pengajaran
sejak usia dini, seperti PAUD atau TK, tentu membuat pendidikan di Papua
menjadi terlambat dan tidak terstruktur. Selain itu, adat dan kebudayaan
setempat juga secara tidak langsung menjadi penghambat sistem pendidikan di
Papua.
Di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), masalah pendidikan
terbilang cukup kompleks. Masyarakat di NTB masih belum memahami pentingnya
pendidikan bagi anak usia dini. Hal ini mendorong banyaknya anak yang putus
sekolah. Para pelajar juga banyak yang enggan melanjutkan pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi. Akibatnya banyak penduduk NTB yang buta aksara. Tercatat
sebanyak 417.991 warga NTB menyandang buta aksara atau sekitar 16,48 persen
dari total penduduk yang ada. Melihat fakta-fakta yang ada, tentu bisa
dikatakan bahwa kualitas pendidikan di wilayah Indonesia Timur masih tertinggal
dibandingkan dengan wilayah lain di Indonesia seperti Jawa, Sumatera atau
Kalimantan.
Berbagai solusi untuk menanggulangi masalah ini terus
diupayakan. Di Maluku, solusi perbaikan kualitas pendidikan di lakukan dengan
berbagai cara. Pemerintah daerah mencoba mengusahakan berbagai upaya seperti
perbaikan kurikulum, pengembangan materi ajar dan pelatihan guru. Namun, hal
ini belum berdampak secara maksimal karena beberapa faktor seperti mahalnya
biaya pendidikan, rendahnya kualitas guru serta minimnya kemauan belajar. Di
Provinsi Nusa Tenggara Barat, pemerintah daerah terus berusaha mengembangkan
pendidikan yang lebih baik. Salah satu cara yaitu dengan mengangkat guru di
bidang studi tertentu yang langka serta meningkatkan jumlah dana dan penerima
beasiswa di NTB. Hal ini belum berjalan secara menyeluruh sehingga program
tersebut tidak berlangsung dengan baik. Pemerintah juga mengupayakan langkah
lain seperti memperbanyak jumlah sekolah kejuruan (SMK) yang lebih
menitikberatkan pada pendidikan keterampilan. Hal ini dilakukan untuk menarik
minat sekolah dari penduduk NTB. Cara ini juga tidak terlalu efektif karena
minimnya kemauan belajar di NTB.
Berdasarkan penjabaran di atas, dapat di katakan bahwa
kualitas pendidikan di wilayah Indonesia Timur masih tertinggal, jika
dibandingkan dengan wilayah lain di Indonesia seperti Jawa, Sumatera atau
Kalimantan. Dibutuhkan penanganan dari pemerintah dan semua pihak untuk bisa
mengatasi permasalahan ketertinggalan pendidikan di wilayah Indonesia bagian
Timur ini.