*Peringatan: Tidak di
perkenankan membaca untuk orang-orang yang merasa hidupnya sudah bahagia tetapi diatas
penderitaan orang lain. Dan cerita ini diperuntukkan kepada orang-orang
yang masih berpetualang mencari pelabuhan terakhir untuk hatinya yang masih
terombang-ambing.
Let’s the story begin!
Semua berawal saat aku dan dia berada dikelas yang sama, waktu itu aku
baru masuk SMA. Dia berhasil membuat lengkungan dibibirku tanpa perintah, serta
ada rasa enggan untuk tidak memandanginya setiap hari. Aku tidak tahu pasti
kenapa aku bisa bersikap seperti ini padanya padahal kami baru saja kenal. Aku
akui dia memang bukan laki-laki seperti salah satu pemeran utama pria di novel romance yang bisa dibilang “hampir sempurna”
juga sangat diidam-idamkan semua perempuan, tapi bagiku he’s all I want. Entah rasa apa ini, apa mungkin love at the first sight? Who knows.
Tepat saat aku menyadari bahwa rasa yang aku miliki padanya bukan hanya
kesenangan sesaat dan pada saat itu juga...I
choose to love him in silence, because in silence I find no rejection and in
silence no one owns you but me. Salahkah aku mencintaimu
dalam diam? Akankah semua berakhir seperti yang ku inginkan?
❤
Aku telah selesai berperang dengan Ujian Nasional tingkat SMP yang
sukses membuat semua peserta ujian jatuh bangun agar lulus dengan hasil yang
memuaskan, tak terkecuali aku. Tahun ini aku masuk ke salah satu SMA negeri
yang terbilang favorit di Bekasi yaitu SMA Negeri 2 Bekasi atau dikenal dengan
sebutan “Etniez”. Ada program unik di sekolah baruku, yaitu seluruh siswa tahun
pertama dan kedua mendapat program moving
class. Jadi, setelah kami mengikuti UTS dan mendapat rapor ujian, kami akan
mendapatkan kelas rolling atau bisa
dibilang kelas sementara sampai selesai UAS.
Aku mendapat kelas X.5 (rolling),
dan dikelas itu pun pertama kali aku bertemu dengan dia. Dia yang berhasil
menyibukkan mataku selama berada dikelas. Entah apa yang membuatku
terus-menerus memandanginya, tapi bagiku dia itu laki-laki yang manis dan aku
menyukainya. Sikapnya yang asik dan mudah bergaul berhasil membuatku lebih
dekat dengannya. Tapi pada saat itu dia sudah mempunyai kekasih dan aku pun
sedang dekat dengan seseorang. Jadi, aku menganggap perasaan ini hanya sesaat saja.
Tapi ternyata aku salah, lama kelamaan aku berada didekatnya perasaan ini pun
semakin menjadi-jadi. Aku senang bila dijalan tidak sengaja bertemu dengannya,
saling bertegur sapa, saling menatap dan melempar senyum satu sama lain sehingga
berhasil membuatku semakin salah tingkah. Kami memang tidak dekat selain
dikelas, dalam artian jarang chatting-an.
Oleh karena itu, aku selalu memanfaatkan waktuku selama dikelas agar bisa terus
berdekatan dengannya. Tapi aku tidak bisa terus berdekatan dengannya dikelas
karena sahabat perempuannya yang aku tau sudah bersahabat dengannya sejak SMP itu
satu kelas denganku, bisa dibilang mereka selalu terlihat bersama. Kadang aku
merasa iri dengan sahabat perempuannya itu karena bisa selalu bersama
dengannya, tapi apa dayaku yang baru mengenalnya selama beberapa bulan ini.
Hari-hari selanjutnya aku lewati seperti biasa, selalu
memanfaatkan waktuku saat berada dikelas. Oh iya, aku belum memberitahu kalian ‘dia’
yang aku maksud ini siapa tapi sebut saja dia Iyan. Pada suatu waktu,
aku bercerita tentang gebetanku padanya.
“Yan, mau nanya deh jadi gini, dia nge-tweet
gitu ditwitter. Coba liat deh, ini maksudnya apa?” tanyaku.
“Maksudnya ini tuh blablablabla…..” jawabnya panjang lebar.
“Lagian lo ngapain sih mau aja deket sama cowok kayak gitu,
mending sama gue!” lanjut Iyan.
Deg! Gue
langsung diam tanpa kata dan berusaha mencerna perkataan Iyan barusan serta
memastikan bahwa gue gak punya gangguan pendengaran diteliga kanan maupun kiri.
“Jiaaaaaaah bisa aja lo yan!” sahutku sambil nyengir canggung.
“Yee dibilangin!” jawab Iyan.
Aku tidak ingin menganggap serius perkataan Iyan barusan, tapi aku
juga tidak bisa memungkiri bahwa aku senang karena bisa dibilang dia peduli kepadaku agar tidak salah memilih kekasih. Tapi pada akhirnya aku dan
gebetanku ini memutuskan untuk menjalani sebuah hubungan lebih dari teman.
❤
Tanpa terasa waktu pun cepat berlalu, sekarang aku sudah berada dikelas
XI. Aku mengambil jurusan IPS karena aku lebih menyukai pelajaran yang bersifat
sosial daripada eksak. Aku sempat cari tahu Iyan memilih jurusan apa, ternyata
dia mengambil jurusan IPA. Aku sedikit kecewa karena tidak akan ada kemungkinan
satu kelas lagi dengannya. Tapi ternyata dewi fortuna masih berada dipihakku,
Iyan satu kelas dengan seorang temanku yaitu Sinta alias Chan. Aku sangat senang, walaupun tidak bisa melihatnya
sesering waktu kami sekelas dulu tapi setidaknya aku tidak perlu bingung
mencari alasan agar tidak terlihat bahwa aku menyukainya jikalau aku ingin
bertemu dengannya sewaktu-waktu. Dan satu hal lagi yang melengkapi hariku
yaitu, aku mendapat kabar bahwa Iyan sudah mengakhiri hubungannya dengan
pacarnya yang sekarang merangkap sebagai mantan pacar Iyan. Yeay!
Aku pernah mengunjungi kelas temanku untuk mengajaknya sholat dengan
maksud lain ingin melihat Iyan juga. Ternyata lagi-lagi dewi fortuna
masih berada dipihakku, Iyan menyadari kedatanganku. Disaat aku sedang mencari mukena
Chan, tiba-tiba suara yang sangat aku kenali satu tahun belakangan ini
terdengar memanggilku.
“Eh ijah, mau kemana jah?” tanya Iyan sambil menampakkan senyumannya.
“Mau sholat nih.” jawabku salah tingkah.
“Lah gimana mau sholat, kan imamnya masih disini.” ujar Iyan.
Deg! Deg! Kalo
aja hati ini keliatan, pasti dia udah malu-maluin gue banget nih perkara
loncat-loncat kegirangan gak tau tempat.
“Lah apaan sih yan hehe.” jawabku salah tingkah.
Tepat pada saat itu juga aku mengajak Chan keluar kelas dan aku sangat
amat berharap Iyan tidak melihat warna pipiku yang tidak terkontrol serta
berubah menjadi kemerahan alias blushing seperti
sekarang ini. Disaat aku sudah keluar kelas dan memastikan Iyan tidak melihatku,
organ tubuhku yang lain mulai merayakan serta mengikuti perintah isi hatiku.
Aku langsung loncat-loncatan sambil senyum-senyum sendiri seperti pasien RSJ.
Iyan selalu bisa membuat lengkungan dibibirku tanpa perintah. Oh iya aku
ingat, waktu aku sedang istirahat makan siang dikelas pada hari Jum’at,
tiba-tiba Iyan datang ke kelasku. Dia ingin mengajak Tian, teman sekelasku yang
merangkap sebagai teman Iyan juga, untuk sholat Jum’at. Dan aku memang sengaja
pura-pura biasa saja saat Iyan masuk kelasku, untuk menjaga image didepan Iyan. Dan siapa sangka dia
menyapaku duluan.
“Eh ijah!” sapa Iyan.
“Eh ada iyan, mau soljum bareng tian ya?” jawabku sebiasa mungkin
seakan tidak terjadi apa-apa pada hatiku.
“Iya nih, oh iya kok lo ngambil IPS sih jah? Kita jadi gak bisa sekelas
lagi deh.” ujar Iyan santai.
Deg! Deg! Deg! ASTAGAAA
IYAAN!!! Perasaan lo ngomongnya santai ya tapi kenapa jadi gue yang gelagepan
kayak gini.
'Tahan!! Tahaan!! Tahaaaan!! Badan lo kan gede jah, siapa yang mau
gotong lo kalo tiba-tiba lo pingsan? Gak lucu banget ya, dan jangan malu-maluin
diri lo sendiri didepan Iyan, ok?!' suara batinku membuyarkan lamunanku. Tanpa sadar aku pun mengangguk dan berkata.…
“Eh iya, nanti lo kangen lagi ya sama gue.” ucapku sok santai sambil
nyengir.
“Iyalah pasti kangen, gak ada lagi yang kalo presentasi goyang ke
kanan-kiri gak bisa diem kayak lo jah hehe. Udah yah gue mau soljum dulu sama
tian, bye!” jawab Iyan.
Deg! Deg! Deg! Deg! Kata-kata Iyan sukses ngebuat gue jadi patung dadakan dan jadi gak
nafsu makan sama sekali.
Apa Iyan tidak tahu ya, perlakuan kecilnya bisa berdampak sangat besar
untuk seseorang yang sedang jatuh
diam-diam padanya sepertiku ini. Pada awalnya aku memang tidak ingin menganggap
serius semua perlakuan Iyan yang selalu saja dapat mempercepat pompa dihatiku ini
namun lama kelamaan perkembangan perasaanku padanya semakin sulit dikendalikan.
Aku tahu aku salah, seharusnya aku tidak boleh besikap seperti ini pada Iyan
karena aku sudah memiliki seseorang yang spesial. Tapi aku juga tidak bisa
membohongi diriku sendiri bahwa aku juga menyukai Iyan. Aku sadar bahwa aku
bertemu dengan orang yang tepat diwaktu yang salah, salah karena aku sudah
memiliki ‘dia’ saat Iyan mengakhiri hubungannya dengan mantan pacarnya.
❤
Sudah satu tahun lebih aku menjalani hubunganku dengan ‘dia’, susah
senang bersama, tapi ada sesuatu yang membuat kami memutuskan hubungan ini.
Bukan karena Iyan ataupun orang ketiga lho ya, tapi karena kami mempunyai
alasan sendiri untuk mengakhirinya. Disaat aku sudah membiasakan diri tanpa
‘dia’ dengan mengalihkan pusat perhatianku kepada Iyan, sadar ataupun tidak
Iyan mulai terlihat lebih dekat dalam artian “bukan sebagai sahabat” dengan
sahabat perempuannya itu yang bisa kita sebut si C. Saat aku sedang melakukan
rutinitasku yaitu memandangi Iyan dari kejauhan, aku selalu merasa tatapan Iyan
terhadap si C ada yang berbeda maupun sebaliknya. Dan benar saja dugaanku,
beberapa hari berikutnya aku sudah mendapat kabar bahwa mereka resmi menjalani
hubungan lebih dari sekedar sahabat.
Meskipun aku kenal dengan si C, dan pada saat kami sekelas pun dia
bersikap baik padaku, tapi entah kenapa semenjak mereka berpacaran si C
mendadak jutek padaku. Waktu itu pernah, pada saat pulang sekolah dan sekolah
sudah lumayan sepi aku ingin ke toilet terlebih dahulu sebelum berkumpul dengan anggota
Jurnalistik. Dan sialnya, aku harus melewati lorong yang gelap dan sepi serta
berpas-pasan dengan pasangan baru ini. Oh iya, semenjak mereka berpacaran aku
sudah jarang bertegur sapa dengan Iyan lho. Untuk sekedar menatap pun rasa
canggung menyelimutiku. Dan pada saaat kami berpas-pasan, suasana hening pun
datang. Dari tatapan si C, aku merasa seakan-akan dia ingin memperlihatkan serta
memperingatkan bahwa Iyan adalah miliknya dan aku bukan siapa-siapa. Aku tidak
mengerti maksud tatapan dia itu, tapi pertanyaan demi pertanyaan yang
memungkinkan selalu muncul diotakku seperti “apa dia tau gue suka sama Iyan?”, “tapi
kalopun dia tau, tau darimana coba?”. Tapi aku tidak mau mempermasalahkan itu
semua, toh aku pun tidak peduli sekalipun dia adalah salah satu ketua ekskul
yang sangat berpengaruh diEtniez.
Selama mereka berpacaran, dan selama itu pun aku
dan Iyan merasa canggung untuk saling bertegur sapa. Kami hanya menatap sambil
menganggukan kepala saat tidak sengaja bertemu. Tanpa aku sangka, ternyata hubungan Iyan dan
si C tidak berlangsung lama, mereka hanya bertahan beberapa bulan saja. Kalau
boleh jujur pun, mungkin hanya aku yang bahagia saat mendengar kabar tersebut. Terdengar jahat memang, tapi aku hanya berusaha untuk tidak membohongi
perasaanku saat ini. Sejak berakhirnya hubungan mereka, aku tidak pernah
melihat Iyan berdekatan lagi dengan si C. Mungkin satu pelajaran yang bisa aku ambil
dari pengalaman Iyan adalah, “jangan pernah menjalin hubungan spesial dengan
sahabatmu sendiri karena disaat kalian berpisah kamu akan kehilangan pacar
sekaligus sahabat”. Tapi ada satu keuntungan bagiku dengan berakhirnya hubungan
mereka, yaitu aku bisa memandangi Iyan dan menyapanya sesuka hatiku tanpa
khawatir akan ada yang marah. Aku selalu memandanginya dari kejauhan saat Iyan
sedang latihan ekskul, bermain dengan temannya atau sekedar memainkan
ponselnya. Aku senang melihatnya, bagiku Iyan adalah vitaminku.
Seiring berjalannya waktu, tanpa terasa hari
ini aku dan mama sedang disekolah untuk mengambil rapor UTS semester 4. Sambil
menunggu giliran, aku iseng membuka sosial mediaku (twitter). Aku menulis sebuah tweet tentang Iyan karena aku berpikir tidak akan bertemu dengannya hari ini, “@fildzahicha_: Hari ini gadapet
asupan vitamin I deh hft.” Siapa yang sangka ternyata Iyan juga menuliskan
sebuah tweet, yang berarti dia sedang
on twitter dan hal yang aku takutkan
adalah Iyan melihat tweet-ku barusan.
Aku takut Iyan berpikir kalau vitamin I yang ku maksud adalah dirinya, tapi batinku
langsung berbicara 'kalo dipikir-pikir orang yang namanya berawalan dari I kan
banyak, emangnya cuma Iyan doang apa. Udahlah gausah khawatir'. Benar juga apa
yang dikatakan suara itu, jadi aku tidak perlu khawatir lagi. Sehabis pembagian
nilai UTS, seminggu kedepan adalah minggu remedial. Aku mendapat kelas XI IPS 1
yang tadinya kelas awalku adalah XI IPS 3, disaat aku sedang berada dikelas,
tiba-tiba Tian datang dan menyuruhku keluar kelas. Oh iya aku lupa kasih tahu,
kalau aku suka curhat dengan Tian dan dia sudah mengetahui kalau aku menyukai
Iyan. Tian sukses membuat detak jantungku tidak terkendali saat dia mulai
bercerita tentang Iyan padaku.
“Ada apa nih? Tumben banget sampe nyamper ke
kelas gue?” tanyaku sambil meledeknya.
“Gue punya kabar yang pastinya bikin lo
jumpalitan.” jawab Tian sok cool.
“Pasti tentang Iyan yah? Ada apaan? Aaaaa gue
kepo, buruan cerita ih!” bujukku sambil menarik-narik tangan Tian.
“Iya iya, sabar kenapa sih. Giliran denger nama
Iyan aja gercep banget lo.” sahut Tian.
“Bodoo, buruan cerita dong Tian ganteng.” ujarku.
“Kemaren malem Iyan nge-whatsapp gue.” jawab Tian.
“Nge-whatsapp
apaaaaaaa?!” tanyaku histeris.
“Dia ngirimin capture-an tweet lo yang
ada vitamin-vitamin I nya itu. Trus dia bilang katanya masa dia jadi kegeeran
gitu.” kata Tian santai.
Deg! Deg! Deg! Deg! Deg! Demi neptunus yang kemungkinan gak bakal nyatu
sama bumi, gue gatau mesti gimana. Gue bisa gagal jadi secret admirer sejati kalo sampe dia sadar gue suka sama dia.
❤
Hari ini aku sudah resmi menjadi senior seutuhnya diEtniez karena aku
sudah naik kelas ke kelas XII. Aku mendapat kelas XII IPS 4, dan tanpa
disangka-sangka Iyan mendapat kelas XII IPA 4. Kita sama-sama mendapat kelas
berakhiran 4 hehehe, untung aku mempunyai 6 sahabat dijurusan IPA jadi peluang
untuk bisa satu kelas dengan Iyan semakin besar. Dan…goctha! Ternyata kedua sahabatku yaitu, Ema alias Dori dan Mirsa alias
Cemir satu kelas dengan Iyan. Terimakasih ya Allah engkau mempermudahku untuk
mengetahui keseharian Iyan dikelas! Hari-hari dikelas XII ini berjalan baik
sampai pada hari ulang tahunku, aku mendapat kado teristimewa sepanjang masa SMA-ku. Aku
diceritakan Cemir kejadian yang sangat membuatku senang. Jadi, setelah Cemir
mengucapkan selamat ulang tahun padaku, dia menulis personal message diBBM. Tanpa disangka, Iyan melihat itu. Lalu dia
langsung bertanya kepada Cemir.
“Mir, ini beneran ijah ulang tahun?” tanya Iyan.
“Ya beneran lah yan masa iya gua boong deh.” jawab Cemir.
“Ah yang bener lu, gak percaya gue.” ujar Iyan sambil pergi ke tempat
duduknya karena guru Fisika sudah datang.
Berdasarkan pengakuan Cemir, Iyan sempat tidak percaya. Tapi saat bel
istirahat berbunyi, dia kembali bertanya pada Cemir.
“Mir, beneran nih ijah ulang tahun?” tanya Iyan.
“Yaampun, emang muka gue ada tampang boong yan? Beneran anjir ngapain pake
boong segala.” jawab cemir panjang lebar.
“Lu udah ngucapin?” tanya Iyan lagi.
“Udahlah, lu udah belom?” kata Cemir.
“Belom nih.” jawab Iyan.
“Yaudah ucapin gih.” ujar Cemir.
“BBM sama twitter gue lagi
error, terus gaada kuota juga sih sebenernya.” jawab Iyan.
“Yaudah voice note pake hape
gue aja sini.” sahut Cemir.
“Gamau ah, malu gue.” kata Iyan.
Setelah Cemir menceritakan itu semua pada saat istirahat ke-2, aku
langsung teriak-teriak dan tanpa sadar banyak pasang mata yang memandang kearahku
aneh. Tapi aku tidak peduli dikarenakan hatiku sedang panen bunga-bunga indah. Kalau dipikir-pikir berarti aku pernah ada dipikiran Iyan walaupun hanya
satu hari atau mungkin hanya beberapa saat saja yah hehehe. Intinya aku sangat
senang hari ini. Tanpa terasa bel pulang sekolah pun berbunyi, seperti biasa
aku dan ke-7 sahabatku pasti selalu berkumpul untuk sekedar ke kantin terlebih dahulu sebelum pulang. Saat aku
melihat kelas Chacong yang tepat disebelah kelasku, belum ada tanda-tanda
kelasnya pulang. Lalu aku berinisiatif untuk ke kelas Dori dan Cemir dahulu
baru ke kelas Lora, Rana, Chan dan Yasyfa. Saat ditengah perjalanan untuk
sampai ditangga yang berdekatan dengan kelas sahabat-sahabatku, muncul
seseorang yang sangat aku kenali dan tanpa sengaja kami saling bertatapan satu
sama lain. Seketika aku langsung diam ditempat, mematung sambil menatapnya.
Lalu dia menghampiriku sambil menyodorkan tangannya dan mengucapkan selamat
ulang tahun serta semua harapannya untukku. Aku mengucapkan terimakasih dan dia
langsung pamit pulang sambil menampakkan senyum manisnya padaku. Saat itu pun
aku langsung meleleh dibuatnya, seketika kakiku sudah menjadi jelly dan tidak mampu menopang tubuhku yang besar ini. Aku kembali
teringat pada saat kelas X dia juga memberikan ucapan selamat ulang tahun serta
harapannya untukku meskipun via BBM, dia sukses membuat tidurku nyenyak diselimuti kebahagiaan kecil malam itu, lengkap sudah kebahagiaanku hari ini.
Terimakasih Iyan, you made my day!
❤
Kebahagiaan hari itu langsung berubah 180 derajat pada keesokan
harinya, saat salah satu sahabat laki-lakiku selain Tian yang merangkap menjadi teman Iyan juga memberitahuku
sesuatu yang membuatku memutuskan untuk berhenti menjadi secret admirer Iyan. Dia menceritakan bahwa pada intinya Iyan melihatku
dari segi fisiknya dan kesimpulan yang bisa aku ambil dari cerita sahabatku ini
adalah bahwa “Iyan tidak menyukaiku hanya karena dia melihatku dari segi
fisiknya saja tanpa dia tau bahwa aku sangat menyukainya dari kelas X”. Pada
saat itu juga, aku memutuskan untuk menghindari Iyan. Aku kecewa padanya,
teman-temanku pun merasa bahwa Iyan tidak pantas berkata seperti itu. Aku
hampir menangis dihadapan Tian saat menceritakan itu semua, kalau saja
aku tidak menceritakannya dikelas yang masih ramai mungkin air mata ini tidak
bisa kutahan lagi. Tian pun tidak percaya bahwa Iyan bisa mengatakan semua itu,
tapi sekarang sudah sangat jelas bahwa Iyan tidak menyukaiku.
Hari-hari berikutnya tetap aku jalani sebagaimana mestinya, kecuali
rutinitasku untuk memandangi serta bertegur sapa dengan Iyan saat tidak sengaja
bertemu. Aku menghindari kontak mata dengannya dan langsung jalan jika
bertemu, berusaha untuk tidak peduli lagi dengan Iyan, berusaha
bersikap biasa saja seakan tidak terjadi apapun dengan hatiku yang sudah hancur
karena Iyan. Tapi disaat aku sedang berusaha melupakan semua perasaanku
terhadap Iyan, dia datang seakan menarik perasaanku kembali agar dia dapat
menguasai hatiku lagi dengan memberikan emot love disetiap momen yang aku share
dimedia sosialku (path), padahal
aku jarang sekali melakukan hal sebaliknya pada Iyan. Walaupun ini bukan pertama kalinya, tapi dia melakukannya disaat yang
tidak tepat. Apa dia tidak mengerti bahwa ini menyiksaku?
Salah satu sahabatku, Dori, pernah bercerita tentang Iyan padaku. Jadi,
sewaktu aku kelas X aku pernah menuliskan nama Iyan disertai emot love dan inisial namaku ‘FKF’ dipost-it yang tidak sengaja tersimpan
dibagian belakang binder Dori. Pada saat kelas XII IPA 4 sedang menonton sebuah
film dari proyektor kelasnya, Iyan pun duduk dibangku Dori. Dori melihat Iyan
membuka bindernya, tapi Dori lupa akan post-it itu dan berpikir kalau tidak ada hal yang penting didalam
bindernya jadi Dori memutuskan untuk tidak menegur Iyan. Saat Dori sedang mengecek
bindernya dan sampai dibagian belakang, ternyata post-it
ku yang selama ini bertengger dibinder Dori sudah raib. Menurut anggapan
Dori, post-it tersebut diambil oleh
Iyan. Karena selama film berlangsung, hanya Iyan yang berada dibangku Dori. Aku
tidak mengerti motivasi apa yang membuat Iyan mengambil post-it itu. Aku pun sudah tidak peduli lagi jikalau Iyan memang
mengetahui aku sangat menyukainya.
Sejak hari graduation sampai
saat ini pun aku tidak pernah bertemu Iyan atau pun sekedar chit-chat untuk menanyakan kabarnya. Aku
enggan menambahkan dia sebagai teman diline, walaupun
aku sudah hafal diluar kepala nama id
line Iyan dan mungkin tidak akan pernah lupa sampai kapanpun. Aku
sudah tau dimana Iyan melanjutkan kuliah, tapi aku selalu ingin menjadi invisible dihadapan Iyan. Tiga tahun
sudah ku habiskan masa SMA-ku dengan menjadi secret admirer Iyan. Memandanginya dari kejauhan, menyukainya dalam
diam dan menyebut namanya dalam setiap do’aku. Seperti kutipan Dwitasari dalam novelnya yang berjudul Jatuh Cinta Diam-Diam bahwa “Setiap hati
selalu menyimpan sebuah nama dan setiap orang punya caranya sendiri untuk
mencintai. Setiap orang punya caranya sendiri untuk jatuh cinta tanpa
membaginya dengan orang yang dicinta. Setiap orang juga punya caranya sendiri
untuk berbagi tawa dan menyembunyikan tangisnya sendiri.” Serta kutipan lainnya
juga dalam novel Jatuh Cinta Diam-Diam #2
“Tak semua rasa cinta itu harus diumbar ke dunia. Adakalanya dia dipupuk dengan
sabar dan dinikmati saat mekar.”
Aku selalu bertanya-tanya pada diriku sendiri, apa aku terlalu asik menikmati cinta dalam diam sampai pada akhir masa
SMA-ku, aku tidak bisa mendapatkan laki-laki yang sudah berhasil mendiami hatiku
selama tiga tahun? Entahlah. Tapi aku selalu percaya bahwa setiap perjalanan akan
berakhir pada sebuah tempat pemberhentian. Dimana seseorang akan
mengistirahatkan segala bentuk kasih sayang, cinta dan bahagia. Mungkin pada saat
itu bukan waktu yang tepat untuk kami bersatu, tapi aku percaya bahwa tidak ada skenario yang indah selain skenario Allah untuk para umatnya.
“Tak ada yang lebih baik selain dua orang yang
bertemu karena saling menemukan, sama-sama berhenti karena telah selesai
mencari. Tak akan ada yang pergi, sebab tahu bagaimana sulitnya mencari.” ―
Unknown